Shalatullāhi mā lāhat kawākib
Shalatullāhi mā lāhat kawākib, `ala
Ahmad khayri man rakiba ‘n-najā’ib
Semoga
Rahmat Allah—selama bintang-gemintang masih bersinar di langit—senantiasa
tercurah kepada Nabi Ahmad (s), sebaik-baiknya manusia yang menunggangi unta.
Hadā hādis-surā
bismi ‘l-habā’ib, fahazza ‘s-sukru a`thāfa
‘r-rakā’ib
Pengiring
unta-unta telah mendendangkan lagu syair dengan menyebut nama sang kekasih
(Nabi Muhammad (s)); dan dengan rasa gembira dan terhibur unta-unta itu turut menggoyangkan
tubuh dan lehernya, menari-nari mengikuti irama.
Alam tarahā wa qad maddat khuthāha,
wa sālat
min madāmi`ihā
sahā’ib
Tidakkah
kalian lihat bahwa unta-unta itu memanjangkan langkahnya, dan air matanya bercucuran
karena bahagia.
Wa mālat li ‘l-himā tharaban wa hannat, ilā tilka ‘l-ma`ālimi wa ‘l-malā`ib
Dan
begitu asyiknya mereka berjalan menuju tempat kekasihnya (Nabi Muhammad (s)) dengan
rasa gembira dan rindu bergelora, mereka ingin agar segera sampai di
kandangnya, tempat mereka bermain di sana.
Fada` jadzbaz-zimāmi wa lā tasuqhā, faqā’idu
syawqihā li ‘l-hayyi jādzib
Maka
biarkanlah mereka, tidak perlu kau tarik tali kekangnya, dan jangan pula menghelanya—karena
gelora rindu merekalah yang akan menariknya ke perkampungan Nabi Muhammad (s)
(Madinah).
Fahim tharaban kamā hāmat wa
illa, fa innaka fī thariqi ‘l-hubbi kādzib
Maka
cintailah Nabi Muhammad (s) sepenuh hati dan dengan rasa gembira sebagaimana
kecintaan unta-unta itu. Jika tidak, berarti
engkau tidak tulus dalam mencintainya.
Amā hāda ‘l-`aqīqu badā wa hādzi, qibābu ‘l-hayyi
lāhat wa ‘l-madhārib
Di sana,
lembah al-`Aqiq telah tampak, dan itu, kubah (Makam Nabi (s)) telah terlihat
dan juga kubah-kubah para pecinta Nabi (s) telah jelas terlihat.
Wa tilka ‘l-qubbatu ‘l-khadrā wa fīhā, Nabiyyun nūruhu yajlu ‘l-ghayāhib
Dan di
sana ada kubah hijau; yang di dalamnya bersemayam seorang Nabi yang cahayanya
mampu menyinari dan melenyapkan segala kegelapan.
Wa qad shahha ‘r-ridhā wa danā ‘t-talāqi, wa qad jā al-hanā min
kulli jānib
Sungguh
telah jelas bahwa Allah telah rida kepadamu, dan pertemuanmu (dengan
tempat-tempat suci yang penuh cahaya) semakin dekat, dan rasa riang gembira
datang dari segala penjuru.
Fa qul li’n-nafsi dūnaki wa ‘t-tamallī, Famā dūna ‘l-habībi ‘l-yawma hājib
Katakanlah
kepada dirimu sendiri, “Puaskan dirimu dengan menatap pusara orang yang engkau
cintai—karena pada hari ini, tiada seorang pun yang akan melarangmu untuk
bertemu dengan kekasihmu itu.”
Tamallay bi ‘l-habībi bi kulli qashdin, fa qad hashala ‘l-hanā wadh-dhiddu ghā’ib
“Puaskan
hatimu ketika bertemu dengan Nabi tercinta (s), karena kebahagiaan telah diraih
dan hilanglah semua rasa duka.”
Nabiyyullāhi khayru ‘l-khalqi jam’ā, Lahu a`la ‘l-manāshibi wa ‘l-marātib
Nabi
Allah (s) adalah sebaik-baik makhluk seluruhnya—pangkat dan martabat tertinggi
adalah miliknya.
Lahu ‘l-jāhur-rafī`u lahu
‘l-ma`ālī, lahu ‘sy-syarafu
‘l-mu’abbadu wa’l-manāqib
Nabi
(s) mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dan mulia; beliau (s) memiliki
segala sifat mulia yang kekal dan akhlak terpuji.
Falaw annā sa`aynā kulla hīnin, `alā ‘l-ahdāqi lā fawqa ‘n-najā’ib
Jika setiap
hari kita mencarinya (berziarah ke makam beliau(s))—mencari di dalam pikiran
kita dan bukannya dengan menunggangi unta.
Wa law annā `amilnā kulla
yawmin, li-Ahmada mawlidan qad kāna wājib
Dan
bahkan jika kita mengadakan Mawlidnya setiap hari, untuk mengingat kelahiran Nabi
Ahmad (s), sesungguhnya itu merupakan tugas kita (karena begitu besarnya jasa beliau
(s) kepada kita).
`alayhi mina ‘l-muhaymini
kulla waqtin, shalātun mā badā nūru ‘l-kawākib
Semoga
Rahmat Allah, Yang Maha Memelihara senantiasa tercurah kepada beliau (s)
sepanjang masa—selama bintang-gemintang masih terlihat di angkasa.
Ta’ummu ‘l-āla wa ‘l-ash-hāba thurran, jamī`ahum wa `itratahu ‘l-athāyib
Semoga
limpahan rahmat itu tercurah pula kepada keluarga dan para Sahabat seluruhnya
dan keturunannya yang diberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar