Wa wulida shalla ‘l-Lāhu `alayhi wa sallam makhtūnan biyadi ‘l- `inayah
Nabi Muhammad (s) dilahirkan sudah
dalam keadaan dikhitan dengan Kekuasaan Allah (swt)
Makhulan bi kuhli ‘l-hidāyah
Kedua matanya bercelak dengan
“Celak Hidayah” (terpelihara dari memandang hal-hal yang tidak diridai Allah).
Fa-asyraqa bi-bahā’ihi ‘l-fadhā’
Ruang angkasa menjadi
terang-benderang karena cahayanya.
Wa tala`la’a ‘l-kawnu min nūrihī wa adhā’
Dan alam semesta penuh dengan
keindahan serta bersinar cemerlang karena cahayanya itu.
Wa dakhala fī aqdi bay`atihī man
baqiya mina ‘l-khalā’iqi kamā dakhala fīhā man madhā
Orang-orang yang tidak berjumpa
dengannya adalah termasuk umatnya juga, sebagaimana orang-orang terdahulu
sebelumnya.
Awwalu fadhīlati ‘l-mu`jizāt bi-khumūdi nāri fārisa wa suqūti ‘sy-syurrāfāt, wa rumiyati ‘sy-syayāthīnu mina ‘s-samā’i bi ‘sy-syuhubi ‘l-muhriqāt, wa raja`a kullu jabbārin mina ‘l-jinni wa huwa bi shawlati salthanatihī dzalīlun khādhi`
Kehebatan pertama dari mukjizatnya
adalah padamnya api sembahan orang-orang Persia (yang tidak pernah padam selama
seribu tahun sebelumnya). Dan
beranda-beranda istana Maharaja Persia tiba-tiba runtuh berjatuhan. Setan-setan dihujani dengan panah-panah api
meteor yang panas membakar dari langit.
Semua jin yang sombong dan zalim, menyerah dengan hina dan tunduk dengan
kekuasaan kesultanannya.
Lammā ta’allaqa
min sanāhu ‘n-nūru ‘s-sāthi`, wa
asyraqa min bahā’ihi ‘dh-dhiyā’ul-lami`, hattā `uridha `ala ‘l-marādhi`
Dan bersinarnya cahaya lembut
berkilauan darinya (ketika lahir), sampai beliau diperlihatkan kepada ibu yang
akan menyusuinya.
Allāhumma shalli wa sallim wa
bārik `alayh wa `alā ālih
Allaahumma ya Allah, limpahkanlah
rahmat dan keselamatan serta keberkahan kepadanya dan kepada keluarganya.
Qīla: man yakfulu hādzihi ‘d-durrata ‘l-yatīmah, allatī lā tūjadu lahā qīmah? Qālati ‘th-thuyūr: nahnu nakfuluhu wa
naghtanimu himmatahu ‘l-`azhīmah
Setelah kelahiran
Nabi Muhammad (s) malaikat mengajukan pertanyaan kepada seluruh makhluk,
“Siapakah yang ingin mengasuh ‘mutiara yang sangat berharga ini, yang tidak
ternilai harganya?’” Burung-burung menjawab,
“Kamilah yang akan mengasuhnya dan mengambil manfaat dari cita-citanya yang
besar.”
Qālati ‘l-wuhūsy: nahnu awlā bidzālika likay nanāla syarafahu wa ta`zhīmah
Binatang-binatang
liar berkata, “Kamilah yang lebih layak mengasuhnya agar kami dapat memperoleh
kemuliaan dan penghormatannya.”
Qīla: yā ma`syara ‘l-umami ‘s-kunū fa-inna ‘l-Lāha qad hakama
fī sābiqi hikmatihi ‘l-qadīmah, bi-anna Nabiyyahu Muhammadan shalla’l-Lāhu `alayhi wa sallama yakūnu radhī`an li-Halīmata ‘l-halīmah
Lalu dijawab oleh malaikat,
“Wahai sekalian golongan, tenanglah kalian semua! Karena sesungguhnya Allah telah memutuskan
sejak dulu dan dengan Kebijaksanaan-Nya yang Maha terdahulu bahwa Nabi-Nya,
Muhamaad (s) akan diasuh dan disusui oleh Halimah (binti Abi Dzuaib), seorang wanita
yang amat penyabar.
Allāhumma shalli wa sallim wa
bārik `alayh wa `alā ālih
Allaahumma ya Allah, limpahkanlah
rahmat dan keselamatan serta keberkahan kepadanya dan kepada keluarganya.
Falamma a`radha `anhu marādhi`u ‘l-insi limā sabaqa fī thayyi ‘l-ghayb mina ‘s-sa`ādati li-Halīmata binti Abī Dzu’ayb
Ketika tiba masanya,
tidak ada yang ingin menjadi ibu susunya, sebagaimana telah dikatakan
sebelumnya bahwa dengan suratan takdir-Nya Halimah binti Abi Dzuaib berbahagia
menjadi ibu susunya.
Fa-lamma waqa`a nazharuhā `alayh, bādarat musri`atan
ilayh, wa wadha`at-hu fī hijrihā, wa dhammat-hu ilā shadrihā
Ketika ia melihatnya,
dengan segera ia mengambilnya, lalu memangku dan mendekapnya di dadanya.
Fa-hasya lahā mutabassimā, fakharaja min
tsaghrihī nūrun lahiqa bi
‘s-samā’i fa hamalathu ilā rahlihā w ‘artahalat
bihī ilā ahlihā
Bayi itu terlihat tersenyum
kepadanya, dan dari gigi sucinya terpancar cahaya yang menjulang ke
langit. Ia lalu membawanya ke kendaraannya
dan mereka kembali ke tempat keluarganya.
Fa-lamma washalat bihī ilā muqāmihā, `āyanat barakatahu hatta `alā aghnāmihā
Ketika ia bersama
bayi itu tiba di kampungnya, ia menyaksikan keberkahan yang dibawa bayi itu
sampai pada kambing-kambing peliharaannya (yang sakit menjadi sehat dan gemuk,
air susunya memancar deras sehingga cukup bagi seluruh keluarga, setelah
diusapkannya tangan bayi itu ke atas kambing-kambingnya.)
Wa kānat kulla yawmin tarā minhu burhānā wa tarfa`u lahu
qadran wa sya’nān
Lalu setiap hari ia
melihat tanda-tanda yang luar biasa dan keberkahan dari bayi yang sedang
diasuhnya itu. Dan semakin tinggi dan
kuat rasa sayangnya kepada bayi itu.
Hatta indaraja fī hullati ‘l-luthfi wa ‘l-amān wa dakhala bayna ikhwatihī ma`a ‘sh-shibyān
Hingga bayi asuhannya
itu semakin besar dan sehat sejahtera dan dapat bergaul dengan saudara-saudara
sesusuannya yang lain dan anak-anak yang sebaya dengannya.
Allāhumma shalli wa sallim wa
bārik `alayh wa `alā ālih
Allaahumma ya Allah, limpahkanlah
rahmat dan keselamatan serta keberkahan kepadanya dan kepada keluarganya.
Fa-baynamā ‘l-habību shalla ‘l-Lāhu `alayhi wa sallama dāta yawmin nā’in `ani ‘l-awthān, idz aqbala `alayhi
tsalātsatu nafarin, ka-anna wujūhahumu ‘sy-syamsu wa ‘l-qamar
Pada suatu hari,
ketika Sang Kekasih (s) sedang berada jauh dari perkampungannya, tiba-tiba
datanglah tiga orang yang wajahnya sangat tampan bagaikan matahari dan rembulan.
Fa ‘n-thalaqa ‘sh-shibyānu harabā wa waqafa ‘n-nabiyyu
shalla ‘l-Lāhu `alayhi wa sallama muta`ajjibā
Semua temannya
melarikan diri ketakutan, sedangkan Nabi (s) berdiri dengan rasa kagum dan
heran (melihat ketampanan mereka yang luar biasa).
Fa’adhja`ūhu `alā ‘l-ardhi idhjā`ā khafīfā wa syaqqū bathnahu syaqqan lathīfā
Kemudian mereka
membaringkan Nabi (s) di tanah dengan hati-hati dan lemah lembut, kemudian
membelah dadanya dengan tanpa rasa sakit sedikit pun.
Tsumma akhrajū qalba sayyidi waladi `Adnān, wa syarahūhu bi sikkīni ‘l-ihsān wa naza`ū minhu hazh-zha ‘sy-syaythān wa mala’ūhu bi ‘l-hilmi
wa ‘l-`ilmi wa ‘l-yaqīni wa ‘r-ridhwān
Mereka mengeluarkan
kalbu dari ‘Penghulu anak cucu Adnan’ ini, mereka membedahnya dengan penuh
teliti, lalu mereka membuang dari kalbu itu sesuatu yang menjadi bisikan Setan
dan mengisinya dengan kesabaran, ilmu pengetahuan, keyakinan dan keridaan.
Wa a `ādūhu ilā makānihī fa-qāma ‘l-habību shalla ‘l-Lāhu `alayhi wa sallama
sawiyyan kamā kān
Kemudian mereka
mengembalikannya ke tempat semula dan Sang Kekasih (s) pun bangun dan berdiri kembali
seperti semula.
Allāhumma shalli wa sallim wa
bārik `alayh wa `alā ālih
Allaahumma ya Allah, limpahkanlah
rahmat dan keselamatan serta keberkahan kepadanya dan kepada keluarganya.
Fa-qālati ‘l-malā’ikah: yā habība ‘r-rahmān, law `alimta mā yurādu bika mina ‘l-khayr, la`arafta qadra manzilatika `ala
‘l-ghayr, wa azdadta farahan wa surūra, wa bahjatan wa nūra
Lalu para malaikat
itu berkata, “Wahai Sang Kekasih Allah Yang Maha Pemurah, seandainya engkau
mengetahui tujuan baik Allah kepadamu, pasti engkau akan mengetahui ketinggian
derajatmu yang melebihi makhluk lainnya.
Dan hatimu akan bertambah gembira dan bahagia, semakin riang dan
bercahaya.”
Yā Muhammadu
absyir faqad nusyirat fi ‘l-kā’ināti a`lāmu `ulūmik, wa tabāsyarati ‘l-makhlūqātu bi-qudūmik, wa lam yabqa syay’un mimmā khalaqa ‘l-Lāhu ta`ālā illā jā’a li’amrika thā’i`ān wa li-maqālatika sāmi`ā
"Wahai Muhammad
(s), bergembiralah! Karena sesungguhnya pengetahuan
mengenai kedatanganmu telah disebarkan di antara ‘para pengibar bendera dari
seluruh makhluk’. Seluruh makhluk akan menyambut kedatanganmu dengan
riang gembira. Dan setiap makhluk yang
diciptakan Allah akan mengetahui kepemimpinanmu, mematuhi perintahmu dan mendengarkan
sabdamu.”
Fa-saya’tīka ‘l-ba`īr bi-dzimāmika yastajīr, w’adh-dhabbu wa’l-ghazālah yasy-hadāni laka bi ‘r-risālah
“Dan unta akan datang
kepadamu, memohon pertolongan dan perlindungan padamu. Dhab (sejenis biawak) dan kijang akan menyaksikan
kerasulanmu.”
Wa ‘sy-syajaru wa ‘l-qamaru wa ‘dz-dzi’bu,
yanthiqūna bi-nubuwwatika `an qarīb
“Dan pepohonan, rembulan
dan serigala, tidak lama lagi juga akan bertutur menyatakan kenabianmu.”
Wa markabuka ‘l-burāq ilā jamālika musytāq
“Dan Buraq yang akan
menjadi tungganganmu senantiasa rindu ingin menatap keindahan wajahmu.”
Wa Jibrīlu syāwūsu mamlakatika qad a`lana bi-dzikrika fi ‘l-āfāq
“Dan Jibril (a),
sebagai menteri bagi kerajaanmu, telah mendeklarasikan (kehadiranmu) dan
menyebutkan namamu di seluruh penjuru cakrawala.”
Wa ‘l-qamaru ma’mūrun laka bi ‘l-insyiqāq
“Dan rembulan akan
diperintahkan pula untuk terbelah dua untukmu.”
Allāhumma shalli wa sallim wa
bārik `alayh wa `alā ālih
Allaahumma ya Allah, limpahkanlah
rahmat dan keselamatan serta keberkahan kepadanya dan kepada keluarganya.
Wa kullu man fi ‘l-kawni mutasyawwiqun
li zhuhūrik muntazhirun li ‘isyrāqi nūrik
Seluruh makhluk di
alam semesta menantikan dan merindukan kemunculanmu. Harapan mereka adalah melihat kecemerlangan
pancaran cahayamu.
Fa baynamā ‘l-habību shalla ‘l-Lāhu `alayhi wa sallama munshitun li samā`i tilka ‘l-asybāh, wa wajhuhu mutahallilun ka-nūri ‘sh-shabāh
Ketika Sang Kekasih (s)
terdiam mendengarkan kata-kata malaikat itu, wajahnya berseri-seri laksana
cahaya pagi.
Idz aqbalat Halīmatu mu`linatan bi ‘sh-shiyāh taqūlu: wa aghrībāh! Fa-qālati ‘l-malā’ikah: yā Muhammad, mā anta bi-gharīb, bal anta min ‘a-Llāhi qarīb wa anta lahu shafiyyun wa habīb
Tiba-tiba datanglah Halimah
mencari-carinya dengan berteriak-teriak dan berkata, “Kasihan, betapa jauhnya
anak ini!” Lalu para malaikat berkata, “Wahai
Muhammad (s), engkau tidak jauh, engkau dekat dengan Allah dan engkau adalah sahabat
pilihan-Nya dan orang yang dicintai-Nya.”
Qālat Halīmah: wā wahīdāh! Fa qālati ‘l-malā’ikah: yā Muhammad, mā anta bi wahīd bal anta shāhibu ‘t-ta’yīd wa anīsuka ‘l-Hamīdu ‘l-Majīd wa ikhwānuka mina ‘l-malā’ikati wa ahli ‘t-tawhīd
Kemudian Halimah
berkata lagi, “Kasihan anak ini sendirian!”
Para malaikat berkata, “Wahai Muhammad (s)! Engkau tidaklah sendiri, bahkan engkau adalah
orang yang penuh dengan dukungan.
Penghiburmu adalah Zat Yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia dan teman-temanmu
adalah para malaikat dan mereka yang percaya dengan Keesaan Allah.”
Qālat Halīmah: wā yatīmāh! Fa-qālati ‘l-malā’ikah: lilāhi darruka min yatīm, fa inna qadraka `ind-‘a-Llāhi `azhīm
Kemudian Halimah
berkata lagi, “Kasihan anak yatim ini!” Para
malaikat berkata, “Betapa terpujinya engkau di antara anak-anak yatim! Karena sesungguhnya derajatmu di Sisi Allah
adalah sangat agung.”
Allāhumma shalli wa sallim wa
bārik `alayh wa `alā ālih
Allaahumma ya Allah, limpahkanlah
rahmat dan keselamatan serta keberkahan kepadanya dan kepada keluarganya.
Fa-lammā ra’athu Halīmatu sāliman mina ‘l-ahwāl raja`at bihī masrūratan ila ‘l-athlāli tsumma qash-shat
khabarahu `alā ba`dhi ‘l-kuhhān
Ketika Halimah
melihat bahwa anak yang diasuhnya itu selamat dari bahaya, ia membawanya pulang
ke rumah dengan lega dan gembira.
Kemudian ia menceritakan kejadian itu kepada beberapa al-kahin (tukang tilik).
Wa a`ādat
`alayhi mā tamma min amrihī wa mā kān fa-qāla lahu ‘l-kāhinu: yābna
zamzama wa ‘l-maqām wa ‘r-rukni
wa ‘l-bayti ‘l-harām afī ‘l-yaqazhati ra’ayta hadzaa am
fi’l-manām?
Ia
mengisahkan pada pendeta itu mengenai apa yang terjadi pada Nabi (s). Lalu tukang tilik itu berkata, “Wahai pangeran
dari Telaga Zamzam dan Maqam Ibrahim; pangeran dari Rukun Yamani dan al-Baitul
Haram! Apakah engkau dalam keadaan terjaga
ketika mengalami kejadian itu, atau dalam keadaan tertidur?”
Fa-qāla:
bal wa hurmati ‘l-maliki ‘l-`alām,
syāhadtuhum kifāhan lā asyukku fii dzālika
wa lā udhām
Kemudian
Nabi (s) menjawab, “Demi kehormatan Maharaja alam semesta, aku melihatnya
dengan jelas dan tidak ada keraguan mengenai kejadian itu, dan itu bukanlah
tipuan.”
Fa-qāla
lahu ‘l-kāhinu: absyir ayyuhā ‘l-ghulām fa anta shāhibu
‘l a`lāmi wa nubuwwatuka li ‘l-anbiyā’i quflun wa khitām, `alayka yanzilu Jibrīl wa `alā bisāthi ‘l-qudsi
yukhāthibuka ‘l-Jalīl wa man dza ‘l-ladzī yahshuru mā hawayta mina ‘t-tafdhīl wa `an ba`dhi washfi ma`nāka yaqshuru lisānu ‘l-mādihi ‘l-muthīl
Lalu tukang
tilik itu berkata, “Berbahagialah nak!
Karena engkau adalah “Pemimpin seluruh Umat”. Kenabianmu merupakan kunci dan penutup semua kenabian. Malaikat Jibril (a) akan turun kepadamu, dan di
atas hamparan kudus dan suci, Allah Yang Maha Agung akan berbicara kepadamu. Siapa yang mampu menghitung segala keutamaan
yang engkau miliki? Sedangkan lidah
orang-orang yang memuji dan menyanjungmu saja tidak sanggup menggambarkan
bahkan sebagian kecil saja dari keistimewaanmu.”
Allāhumma shalli wa sallim wa
bārik `alayh wa `alā ālih
Allaahumma ya Allah, limpahkanlah
rahmat dan keselamatan serta keberkahan kepadanya dan kepada keluarganya.
Wa kāna
shalla ‘l-Lāhu `alayhi wa
sallama ahsana ‘n-nāsi
khalqan wa khuluqan, wa ahdāhum
ila ‘l-haqqi thuruqan wa kāna
khuluquhu ‘l-Qur’ān
Ketahuilah
bahwa Nabi (s) adalah sebaik-baik manusia, baik fisik maupun akhlaknya, yang
paling mengetahui jalan-jalan kebenaran.
Akhlaknya adalah apa yang ada di dalam al-Qur’an.
Wa syīmatuhu
‘l-ghufrān, yanshahu li
‘l-insān wa yafsahu fī ‘l-ihsān, wa ya`fū `ani
‘dz-dzanbi idzā kāna fī haqqihī wa
sababih
Sifatnya
senantiasa memaafkan, memberi nasihat yang tulus kepada manusia dan melakukan kebaikan,
serta senantiasa memaafkan kesalahan orang lain—jika itu berada dalam
kapasitasnya.
Fa idzaa dhuyyi`a haqqu ‘l-Lāhi lam yaqum ahadun li-ghadhabih,
man ra’āhu badīhatan hābah, wa idzā da`āhu ‘l-miskīnu ajābah
Namun
apabila hak-hak Allah terlupakan, tiada yang sanggup berdiri menghadapi kemarahannya. Siapa pun yang pertama kali melihatnya, secara
naluriah akan menghormatinya. Ketika
orang miskin memanggilnya, beliau (s) selalu menjawabnya.
Yaqūlu
‘l-haqqa wa law kāna murran, wa lā yudhmiru li muslimin ghisy-syan wa lā dhurran,
Beliau (s)
mengatakan kebenaran walaupun itu pahit dan beliau (s) tidak pernah menyembunyikan
apa-apa dari kaum Muslim, tidak pernah menipu atau menyakiti.
Man nazhara fii wajhihii `alima annahu laysa bi-wajhi
kadz-dzābin wa kāna shalla ‘l-Lāhu `alayhi wa sallama laysa bi-ghammāzin wa lā `ayyāb
Siapapun
yang melihat wajahnya, pasti akan mengenal bahwa beliau (s) bukanlah seorang
pendusta. Sesungguhnya, beliau (s) tidak
pernah mengkritik atau mempermalukan orang lain.
Idzā
surra fa-ka’anna wajhahu qith`atu qamarin, wa idzā kallama ‘n-nāsa
fa-ka’annamā yajnūna min kalāmihi ahlā
tsamar
Bila beliau
(s) sedang gembira, wajahnya berseri-seri bagaikan bulan sabit. Ketika beliau (s) berbicara, kata-katanya tampak
bagaikan orang-orang sedang memetik buah-buahan yang manis dari mulutnya.
Wa idzaa tabassama tabassama `an mitsli habbi
‘l-ghamām, wa idzā takallama faka’annamā ‘d-durru yasquthu min dzālika ‘l-kalām, wa idzā tahaddatsa
fa-ka’anna ‘l-miska yakhruju min fīh
Ketika
beliau (s) tersenyum, gigi-geliginya yang putih tampak bagaikan gumpalan awan. Ketika beliau (s) berbicara, kata-katanya
bagaikan butir-butir mutiara yang berjatuhan dari ucapannya. Ketika beliau (s) berbicara tentang sesuatu,
bagaikan ada wangi kasturi yang harum terpancar dari mulutnya.
Wa idzā
marra bi tharīqin `urifa min thībihī annahū qad marra fīh
Setiap
beliau (s) melewati tempat tertentu, beliau (s) meninggalkan semerbak wangi
tubuhnya, dan orang akan tahu bahwa beliau (s) pernah melalui jalan
tersebut.
Wa idzā
jalasa fī majlisin baqiya thībuhū fīhi ayyaman wa
in taghayyab, wa yūjadu minhu
ahsanu thībin wa in lam yakun
qad tathayyab
Setiap
beliau (s) duduk di dalam suatu majelis, semerbak wanginya masih tercium hingga
beberapa hari. Wewangian terbaik senantiasa
tercium bersamanya, walaupun beliau (s) tidak memakai wewangian tertentu.
Wa idzā
masyā bayna ash-hābihi fa-ka’annahu ‘l-qamaru bayna
‘n-nujūmi ‘z-zuhr
Tatkala beliau
(s) berjalan di antara para Sahabatnya, itu bagaikan rembulan dikelilingi oleh
bunga-bunga bintang yang gemerlap.
Wa idzā
aqbala laylan fa-ka’anna ‘n-nāsa
min nūrihī fī awāni ‘zh-zhuhr
Setiap
kali beliau (s) mendatangi suatu tempat di malam hari, cahayanya tampak jelas
dan orang-orang merasa seolah-olah mereka berada di siang hari.
Wa kāna
shalla ‘l-Lāhu `alayhi wa
sallama ajwada bi ‘l-khayri mina ‘r-rīhi
‘l-mursalah, wa kāna yarfuqu bi
‘l-yatīmi wa ‘l-armalah
Dan beliau
(s) lebih cepat daripada angin yang bertiup dalam berbuat kebaikan dan beliau
(s) senantiasa lemah lembut dan ramah terhadap anak-anak yatim dan janda-janda.
Qāla
ba`dhu wā shifīhī mā ra’aytu min dzī limmatin sawdā’a fī hullatin
hamrā, ahsana min
Rasūlillāhi shalla ‘l-Lāhu
`alayhi wa sallam
Beberapa
Sahabat (r) yang menggambarkan beliau (s) berkata, “Aku belum pernah melihat
seorang pun yang lebih menarik dengan turban hitam dan jubah merah daripada
beliau (s), Rasulullah (s).”
Allāhumma shalli wa sallim wa
bārik `alayh wa `alā ālih
Allaahumma ya Allah, limpahkanlah
rahmat dan keselamatan serta keberkahan kepadanya dan kepada keluarganya.
Wa qīla
li-ba`dhihim: ka’anna wajhahu ‘l-qamar, fa qāla bal adhwā’u
mina ‘l-qamar, idzā lam yahul
dūnahū ‘l-ghamāmu, qad
ghasyiyahu ‘l-jalāl, w’antaha
ilayhi ‘l-kamāl
Pernah ditanyakan
kepada seorang Sahabat, “Benarkah wajah beliau (s) indah bagaikan bulan purnama?” Jawabnya, “Bahkan lebih bercahaya daripada
rembulan yang tidak ditutupi awan.”
Beliau (s) benar-benar diselubungi kewibawaan yang hebat dan memiliki
kesempurnaan tertinggi.
Qāla
ba`dhu wa shifīhi: mā ra’aytu qablahū wa lā ba`dahū mitslah
Salah
seorang yang menggambarkannya berkata, “Aku belum pernah melihat seseorang yang
setara dengan beliau (s) baik sebelum maupun setelahnya.”
Fa ya`jizu lisānu ‘l-balīghi idzā arāda an yuhshiya fadhlah
Bahkan
lidah yang paling fasih pun tidak mampu menggambarkan keistimewaannya.
Fa-subhāna
man khash-shahū shalla ‘l-Lāhu `alayhi wa sallama bi ‘l-mahalli
‘l-asnā, wa asrā bihī ilā qābi qawsayni aw adnā
Mahasuci
Allah, Zat yang telah menempatkan beliau (s) dalam kedudukan yang tertinggi dan
bercahaya dan Yang telah membawanya berjalan di waktu malam hingga sampai ke
tempat yang sangat dekat dengan-Nya, sejarak dua busur panah atau lebih dekat
lagi.
Wa ayyadahū bi ‘l-mu`jizāti
‘l-latī lā tuhshā
Dan mendukungnya
dengan mukjizat yang tak terhitung banyaknya.
Wa awfāhu
min khishāli ‘l-kamāli mā yajillu an yustaqshā,
wa a`thāhu khamsan lam
yu`thihinna ahadan qablah
Dan melengkapkannya
dengan kecakapan yang sempurna yang sulit untuk digambarkan seluruhnya dan memberinya
lima keistimewaan yang belum pernah diberikan kepada siapa pun sebelumnya.
Wa ātāhu jawāmi`a ‘l-kalimi falam yudrik ahadun fadhlah
Dan mengaruniainya
kepandaian dalam merangkaikan kalimat yang sedikit ucapannya, namun sangat luas
pengertiannya. Singkatnya, tiada seorang
pun yang dapat mencapai segala kelebihan dan keistimewaannya itu.
Wa kāna
lahū fī kulli maqāmin maqāl, wa li-kulli kamālin minhu kamāl
Dan beliau
(s) senantiasa memiliki ucapan yang sesuai dan tepat untuk setiap peristiwa dan
kejadian. Dan setiap kesempurnaan berasal
dari kesempurnaannya.
Lā
yahūru fī su’ālin wa lā jawāb, wa lā yajūlu lisānuhū illa fī shawāb
Beliau (s)
tidak pernah menolak pertanyaan apa pun dan tidak pernah mengelak untuk memberi
jawaban. Dan lidahnya tidak pernah
mengucap, melainkan untuk ucapan yang benar.
Allāhumma shalli wa sallim wa
bārik `alayh wa `alā ālih
Allaahumma ya Allah, limpahkanlah
rahmat dan keselamatan serta keberkahan kepadanya dan kepada keluarganya.
Wa mā
`asā an yuqāla fī man wa shafahu ‘l-Qur’ān,
wa a`raba `an fadhā’ilihī ‘t-Tawrātu wa ‘l-Injīlu wa
‘z-Zabūru wa ‘l-Furqān
Apakah
lagi yang dapat dikatakan mengenai seorang manusia yang telah disifatkan
kemuliaan akhlaknya oleh al-Qur’an, yang kelebihannya telah dijelaskan dalam Taurat,
Injil, Zabur dan al-Fur’qan?
Wa jama`a ‘l-Lāhu lahū bayna
ru’yatihī wa kalāmihi, wa qarana ‘s-mahū ma`ā ‘s-mihī tanbīhan `alā `uluwwi maqāmih
Dan yang telah
Allah karuniakan dengan dua anugerah terhebat, yakni melihat Zat-Nya dan
berbicara langsung dengan-Nya. Allah telah memuliakannya dengan menyandingkan
nama beliau (s) bersama Nama-Nya untuk memperlihatkan dan membuktikan ketinggian
martabatnya.
Wa ja`alahū rahmatan lil `ālamīna wa nūrān, wa malā’a bi mawlidihi ‘l-qulūba surūrā
Dan Allah telah
menjadikannya sebagai rahmat dan cahaya bagi seluruh alam semesta dan telah mengisi
semua kalbu dengan kegembiraan karena kelahirannya.
Allāhumma shalli wa sallim wa bārik
`alayh wa `alā ālih
Allaahumma ya Allah, limpahkanlah
rahmat dan keselamatan serta keberkahan kepadanya dan kepada keluarganya.